KABARSOLUSI.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Melalui unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menuding Jepang menolak membeli beras dari AS meskipun tengah mengalami kekurangan stok pangan.
“Mereka menolak BERAS kita, padahal mereka sedang mengalami kelangkaan. Kalau begitu, kita hanya akan kirimkan mereka surat, dan berterima kasih atas kerja sama selama ini,” tulis Trump dalam unggahannya.
Tak hanya itu, Trump juga melontarkan ancaman baru. Ia menyatakan siap mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil-mobil buatan Jepang yang masuk ke pasar Amerika Serikat.
BACA JUGA : PERADI UTAMA Kukuhkan 30 Advokat Baru dalam Sidang Terbuka di Banten
“Yang terhormat Bapak Jepang, Anda akan membayar tarif 25% untuk mobil Anda,” ujar Trump dalam wawancara eksklusif dengan Fox News.
Namun, pernyataan Trump menuai keraguan. Data dari Biro Sensus AS menunjukkan bahwa Jepang justru aktif mengimpor beras dari Amerika. Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor beras AS ke Jepang mencapai US$298 juta (sekitar Rp4,85 triliun). Bahkan dalam empat bulan pertama tahun 2025, angka tersebut sudah menyentuh US$114 juta (sekitar Rp1,86 triliun).
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari otoritas Jepang mengenai isu penghentian pembelian beras AS. Namun, laporan Kantor Perwakilan Dagang AS tahun 2021 sempat menyebut sistem impor beras di Jepang masih sangat dikendalikan pemerintah dan dinilai kurang transparan, sehingga menyulitkan produsen AS untuk langsung menjangkau pasar konsumen Jepang.
Sumber internal yang dekat dengan Trump mengatakan bahwa komentar Trump lebih merujuk pada kritik terhadap sistem distribusi beras Jepang ketimbang penghentian pembelian secara total.
Ancaman kenaikan tarif ini muncul menjelang berakhirnya masa jeda 90 hari kebijakan tarif timbal balik AS pada 9 Juli mendatang. Sebelumnya, Jepang dikenakan tarif impor sebesar 24%, namun kini tarif itu turun menjadi 10% sebagai bagian dari kesepakatan sementara.
Menanggapi potensi ketegangan perdagangan ini, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Kevin Hassett menyatakan bahwa proses negosiasi masih berlangsung.
“Pembicaraan belum selesai. Kita masih berada dalam proses diplomasi hingga tenggat waktu. Bahkan jika sudah ada kerangka kerja, akan tetap ada detail yang perlu disempurnakan,” ujar Hassett.
Ketegangan dagang ini menambah daftar panjang isu perdagangan internasional yang dibayangi retorika tajam dari Trump menjelang pemilihan presiden mendatang.