KABARSOLUSI.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/9/2024) diprediksi fluktuatif namun akan ditutup menguat di rentang Rp15.440—15.550 seiring dengan optimisme pelaku pasar akan pemotongan suku bunga The Fed 18 September mendatang.
Pada perdagangan kemarin, Senin (9/9/2024), rupiah ditutup melemah 0,51% atau 78,5 poin ke posisi Rp15.456 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau menguat 0,39% ke posisi 101,574.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaib mengatakan pelemahan rupiah ikut dipengaruhi oleh data ekonomi dari Amerika Serikat serta ekpektasi pemangkasan suku bunga bank sentral The Fed. Lewat CME FedWatch Tool, ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral tetap tinggi untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps).
Baca Juga: Bersama Mayoritas Mata Uang Asia, Rupiah Melemah 0,63% ke Level Rp15.475
“Sehingga dolar AS mengalami rebound dan tekanan terhadap rupiah kembali terjadi di awal perdagangan minggu ini,” kata Ibrahim lewat keterangan tertulis, Senin (9/9/2024).
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal II/2024 juga melambat, hanya tumbuh 2,9% secara tahunan pada kuartal kedua, lebih rendah dari angka awal 3,1% dan perkiraan konsensus 3,2%.
Meski begitu, masih ada kenaikan upah yang mendorong inflasi, sehingga ada potensi Bank sentral Jepang (BoJ) akan menaikkan suku bunga.
“Untuk perdagangan Selasa (10/9), mata uang rupiah fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.440 sampai dengan Rp15.520,” kata Ibrahim.
Sementara itu, Analis Komoditas Lukman Leong memprediksi rupiah pekan ini dalam tren penguatan sejalan dengan dolar AS yang tertekan oleh data-data ekonomi, terutama perihal pekerjaan.
Sementara itu, dari domestik, cadangan devisa atau cadev yang meningkat menuju rekor US$150 miliar diperkirakan semakin mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
“Dolar AS sendiri masih akan dalam tekanan menjelang FOMC Federal Open Market Committee dua pekan mendatang,” kata Lukman. (KS/Arum)