KABARSOLUSI.COM – Ada terdapat kemungkinan bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve (The Fed) memberikan sinyal penundaan pemangkasan suku bunga setelah para pejabat menyimpulkan pertemuan kebijakan pada Rabu (1/5/2024).
Prospek suku bunga yang lebih tinggi ditambah mulai meredanya efek ETF Bitcoin telah membebani pasar kripto.
Berdasarkan data CoinMarketCap pada Rabu (1/5/2024), Bitcoin terpantau berada di level US$60.004,20 pada pukul 10.26 WIB. Bitcoin telah merosot hampir 16% pada April 2024 karena adanya ‘kegilaan’ ETF Bitcoin Spot yang telah mereda, setelah sebelumnya aset digital tersebut mencapai rekor tertinggi sebesar hampir US$74.000 pada Maret 2024.
Kemudian, Debut Bitcoin dan Ether ETF pada Selasa (30/4/2024) di Hong Kong juga gagal memberikan dorongan.
Hal ini ditandai dengan penurunan bulanan terbesar Bitcoin sejak FTX milik Sam Bankman-Fried runtuh pada November 2022.
Sebagai contoh, data terbaru dari AS menunjukkan peningkatan biaya tenaga kerja, yang menambah bukti adanya tekanan inflasi, Imbal hasil nyata juga sedang melonjak, sebuah kondisi yang sulit bagi aset spekulatif seperti token digital.
Baca Juga: Setelah Helving Ketiga, Harga Bitcoin Naik di Level Tertinggi
“Kenaikan terbaru dalam imbal hasil Treasury dan suku bunga nyata telah beracun bagi emas, Bitcoin, dan ekuitas AS,” jelas kepala penelitian di Pepperstone Group Ltd., Chris Weston, dikutip dari Bloomberg.
Kemudian, berdasarkan data yang dikumpulkan bloomberg, dana bersih sebesar US$182 juta ditarik dari kelompok hampir selusin ETF spot-Bitcoin AS bulan lalu hingga 29 April 2024. Dana ini menghasilkan arus masuk bersih senilai US$4,6 miliar pada Maret 2024.
Bitcoin juga mengalami halving pada bulan lalu, yakni peristiwa empat tahunan yang mengurangi pasokan token baru. Meskipun beberapa analis melihat ini sebagai tanda positif, pengurangan pasokan tersebut gagal memberikan banyak dukungan terhadap harga.
“Tren penurunan baru-baru ini dapat dikaitkan dengan peningkatan aksi ambil untung oleh investor yang memasuki pasar selama penurunan pada tahun 2022 dan 2023, serta investor ETF yang menyaksikan apresiasi harga yang signifikan pada saham mereka setelah memasuki pasar pada minggu-minggu awal tahun 2024,” jelas analis riset di Fineqia International, Matteo Greco, dalam catatannya. (KS/Arum)