KABARSOLUSI.COM – Tren pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan penyebab menguatnya dolar AS dan menekan rupiah.
Dia mengatakan, penyebabnya adalah ketidakpastian pasar keuangan dunia yang masih tinggi. Ini terlihat dari meningkatnya yield surat utang pemerintah AS, akibat inflasi yang tinggi dibandingkan ekspektasi pelaku ekonomi.
“Perkembangan ini mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS secara global. Karena terbatasnya aliran modal asing ke emerging market dan menyebabkan peningkatan pelemahan nilai tukar di emerging market,” ujar Perry dalam jumpa pers, Rabu (20/3/2024).
Baca juga : Pengguna Aset Kripto di Indonesia Berlanjut
Perry mengatakan, perlu adanya respons kebijakan dari pemangku kebijakan di Indonesia untuk menghadapi kondisi yang terjadi tersebut.
Pada awal perdagangan hari ini, rupiah bergerak stagnan atau tidak berubah setelah pelemahan empat hari beruntun jelang kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Federal Reverse (The Fed) Amerika Serikat (AS), sertu pengumuman hasil pemilu 2024 yang akan diumumkan hari ini.
Pada pembukaan perdagangan Rabu (20/3/2024), rupiah dibuka stagnan terhadap dolar AS di posisi Rp15.710/US$1.
Sementara melansir dari data Refinitiv, rupiah ditutup melemah pada perdagangan Selasa (19/3/2024) 0,16% di posisi Rp15.710/US$1. Penurunan ini menjadi penurunan empat hari beruntun sejak 14 Maret 2024. (ks/dvd)