KABARSOLUSI.COM – Bank Indonesia (BI) mencatat permintaan kredit dari segmen korporasi tinggi pada Maret 2024. Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, kebutuhan pembiayaan korporasi pada Maret 2024 terindikasi meningkat tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 25,3%, meningkat pesat dibandingkan SBT 11,1% pada Februari 2024.
“Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh peningkatan kebutuhan pada lapangan usaha perdagangan, industri, pengolahan, serta konstruksi,” tulis BI dalam surveinya pada Senin (29/4/2024).
Permintaan kredit korporasi dalam tulisan tersebut menyebutkan bahwa masih menjanjikan dalam tiga bulan mendatang di tengah kenaikan suku bunga acuan.
Kebutuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajiban yang jatuh tempo.
Responden kelompok korporasi menyampaikan bahwa kebutuhan pembiayaan pada Maret 2024 masih dipenuhi terutama dari dana sendiri sebesar 70,9%, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik sebesar 11%, serta pembiayaan dari perbankan dalam negeri 9,4%.
Baca Juga: Respons Dinamika Digitalisasi, BI Gelar Kompetisi Lewat Hackathon BI 2024
Adapun, BI memproyeksikan permintaan kredit korporasi tiga bulan mendatang atau pada Juni 2024 masih tetap tinggi, tercermin dari SBT 36,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode Mei 2024 dengan SBT 36,2%.
Peningkatan kebutuhan pembiayaan pada Juni 2024 diprakirakan terjadi pada lapangan usaha pertambangan, perdagangan, serta reparasi mobil dan motor.
Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajban jatuh tempo yang tidak bisa di-rollover.
Meski begitu, BI menaikan suku bunga acuannya dalam agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. BI rate pun kini menyentuh level 6,25%, naik 25 basis poin (bps) setelah sebelumnya tertahan di level 6% sejak Oktober 2023.
Seiring dengan peningkatan suku bunga acuan, BI pun memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) agar pertumbuhan kredit atau pembiayaan tetap moncer.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa penguatan KLM dilakukan dengan memperluas cakupan sektor prioritas yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Perluasan yakni sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan, listrik-gas-air bersih, dan jasa sosial, serta penyesuaian besaran insentif untuk setiap sektor yang berlaku mulai 1 Juni 2024,” katanya dalam konferensi pers hasil RDG BI pekan lalu (24/4/2024).(KS/Arum)