HFANEWS.COM – Rupiah diprediksi lanjut bergerak menguat pada perdagangan Senin (20/11/2023). Akhir pekan kemarin, rupiah ditutup menguat 0,4% ke Rp 15.493 per dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melanjutkan, setelah pembacaan inflasi AS untuk bulan Oktober yang lebih rendah dari perkiraan, data pada Kamis (16/11/2023) juga menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan AS tumbuh lebih dari perkiraan selama empat minggu berturut-turut.
Menurutnya, data tersebut memicu meningkatnya spekulasi bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga, dan kemungkinan mulai memangkas suku bunga pada pertengahan tahun 2024.
“Risalah pertemuan The Fed bulan Oktober akan dirilis minggu depan, dan juga akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai prospek bank sentral,” ujar Ibrahim dalam riset, Jumat (17/11/2023).
Lebih lanjut, data yang dirilis pekan lalu menunjukkan beberapa tanda ketahanan perekonomian China, seiring dengan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel yang lebih besar dari perkiraan.
Kendati demikian, indikator-indikator perekonomian lainnya pada bulan Oktober masih menunjukkan pelemahan yang konsisten pada perekonomian China, terutama ketika perekonomian China tergelincir ke dalam wilayah disinflasi.
Baca Juga: Rupiah Terus Menguat Dipicu Data Inflasi Konsumen AS
Menurut Ibrahim, fokus pasar saat ini tertuju pada Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) yang akan memutuskan suku bunga acuan pinjaman utama pada Senin (20/11/2023).
PBOC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor terendah karena bank tersebut kesulitan menjaga keseimbangan antara menopang pertumbuhan ekonomi dan membendung pelemahan yuan.
Oleh sebab itu, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat di rentang Rp 15.460 – Rp 15.540 per dolar AS. Sementara Josua memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp 15.425 – Rp 15.550 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Niaga Josua Pardede mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya, meskipun lebih terbatas. Ini seiring dengan rilis notulen FOMC serta proyeksi penurunan berbagai data AS. (HFAN/Arum)