Samuel Sekuritas mencatat, emiten batu bara dalam risetnya melaporkan penurunan laba bersih kuartalan pada kuartal III-2023 berkisar 17% hingga 37,8%.
Penurunan ini di akibatkan oleh kemerosotan harga batu bara global. Sedangkan biaya tunai turun 2% hingga 7% karena tarif royalti yang lebih rendah.
“Kami memperkirakan pendapatan para penambang batu bara tersebut akan kembali turun pada kuartal IV-2023, terutama karena penurunan harga jual rata-rata (average selling price/ASP), meskipun volume penjualan menunjukkan pertumbuhan positif,” tulis Head of Equity Research Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan tim melalui risetnya.
Baca Juga : Sentimen Kebijakan The Fed, Rupiah Berpeluang Menguat
Per 10 November 2023, harga batu bara Newcastle terpangkas 9,2% dari level pada kuartal III-2023. Tahun 2024, harga batu bara diprediksi tetap tertekan.
Seiring pertumbuhan ekonomi global yang agak lambat (proyeksi +2,9% yoy) karena inflasi masih tinggi, yang bakal mengakibatkan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China sangat terhambat oleh lemahnya kepercayaan konsumen dan dunia usaha, karena permintaan eksternal diperkirakan turun. Salah satunya akibat krisis sektor properti di negara tersebut.
Untuk mencegah kekurangan energi, China telah meningkatkan persediaan batu bara domestik sejak tahun 2021, dengan meningkatkan produksi batu bara dalam negeri dan meningkatkan impor batu bara. Hal itu bisa menyebabkan penurunan permintaan batu bara dari China.
Dengan berbagai faktor yang ada, Samuel Sekuritas mempertahankan rating netral untuk sektor pertambangan batu bara, mengingat pendapatan para pemain batu bara akan sangat terdampak oleh rendahnya harga batu bara. (hf/dvd)