Scroll untuk baca artikel
Top banner Example 325x300
BeritaBisnis

Gejolak Pasar Minyak, Harga Melemah Usai Keputusan The Fed

588
×

Gejolak Pasar Minyak, Harga Melemah Usai Keputusan The Fed

Share this article
Example 468x60

KABARSOLUSI.COM – Pada awal perdagangan hari ini, harga minyak mentah mengalami penurunan setelah gejolak yang terjadi sebelumnya, terkait keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk tidak menurunkan suku bunga. Minyak mentah WTI dibuka melemah sebesar 0,43%, berada di posisi US$78,2 per barel, sementara harga minyak mentah brent juga mengalami penurunan sebesar 0,54%, berada di posisi US$83,23 per barel.

Sehari sebelumnya, pada perdagangan Rabu, harga minyak mentah WTI ditutup dengan koreksi 0,42% di level US$78,54 per barel. Sebaliknya, harga minyak mentah brent mengalami apresiasi tipis sebesar 0,04%, berada di posisi US$83,68 per barel. Keputusan The Fed untuk menahan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat turut memengaruhi pasar minyak, sementara peningkatan stok minyak mentah AS menambah tekanan lebih lanjut.

Example 300x600

Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik sebanyak 4,2 juta barel pada pekan lalu, melampaui ekspektasi analis sebesar 2,74 juta barel. Stok minyak mentah telah meningkat selama lima minggu berturut-turut akibat penghentian kilang yang tidak direncanakan setelah badai musim dingin di bulan Januari, serta rencana perbaikan pabrik.

BACA JUGA : Ketidakberdayaan Sektor Desa dari Segi Ekonomi, SDM dan Lapangan Kerja

Tingkat pemanfaatan kilang di AS naik tipis 0,9 poin persentase pada minggu lalu menjadi 81,5% dari total kapasitas, meskipun tetap berada di bawah rata-rata musiman 10 tahun. Kilang-kilang telah beroperasi di bawah tingkat pemanfaatan 83% selama sebulan terakhir, menciptakan rekor terpanjang dalam hampir tiga tahun. John Kilduff, seorang partner di Again Capital di New York, menyatakan bahwa banyak pengilangan masih absen dan tidak berupaya untuk segera keluar dari penutupan yang terjadi akibat cuaca dingin.

Pemadaman di kilang Whiting milik BP, pabrik terbesar di Midwest, yang berkapasitas 435.000 barel per hari di Indiana, turut mengurangi tingkat stok bahan bakar. Sementara stok bensin telah turun selama empat minggu berturut-turut ke level terendah dalam dua bulan, yakni 244,2 juta barel, sekitar 2% di bawah rata-rata lima tahun untuk sepanjang tahun ini, menurut data EIA.

Perkembangan terkini juga mencakup laporan pada hari Selasa bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+) akan mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga kuartal kedua. Hal ini dapat menjadi dasar bagi penurunan harga.

Di sisi lain, permusuhan di Timur Tengah, terutama dengan seruan Hamas kepada warga Palestina untuk berbaris ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada awal Ramadhan, meningkatkan ketegangan dan dapat memberikan dukungan pada harga minyak. Namun, tanda-tanda bahwa suku bunga di negara dengan perekonomian terbesar di dunia akan tetap tinggi mengimbangi potensi kenaikan.

Presiden The Federal Reserve Bank of New York, John Williams, menyatakan bahwa meskipun tekanan inflasi telah surut ke tingkat yang signifikan, dia belum siap untuk menyatakan bahwa bank sentral telah melakukan semua yang diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke target The Fed sebesar 2%. Komentar ini sejalan dengan sinyal Gubernur Fed Michelle Bowman pada hari Selasa, bahwa tidak ada keburu-buruan dalam menurunkan suku bunga AS, mengingat risiko inflasi yang masih berkelanjutan. Suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.

Para pelaku pasar minyak akan memantau indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS bulan Januari yang dirilis pada hari Kamis, sebagai ukuran inflasi pilihan The Fed, yang dapat menjadi faktor kunci dalam keputusan suku bunga ke depannya. (ks/dvd)

Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *