HFANEWS.COM – Penurunan harga minyak mentah ke level US$ 74,79 per barel terjadi karena adanya tekanan internal di antara negara-negara anggota OPEC+ yang mempengaruhi kebijakan produksi mereka.
Tim Research and Development ICDX menjelaskan, pertemuan OPEC+ yang semula dijadwalkan pada 30 November harus diubah menjadi format virtual, menandakan adanya tekanan internal dan dinamika diplomatik yang tengah berlangsung. Tantangan terbesar muncul dari perlawanan Angola dan Nigeria terhadap revisi kuota produksi yang lebih tinggi.
Negosiasi antara anggota OPEC+ menjadi semakin rumit dengan penolakan Angola dan Nigeria terhadap kuota produksi yang lebih rendah. Pemimpin kelompok terus mendesak untuk mencapai kesepakatan, meskipun kedua negara tersebut menunjukkan ketidaksetujuan.
Baca juga : Menghadapi Kegagalan, Pujian atas Perkembangan SpaceX dalam Uji Coba Roket Starship
Tim Research and Development ICDX menyebutkan, pentingnya pertemuan OPEC+ juga tercermin dalam resolusi konflik Israel-Iran yang berdampak pada pasar minyak.
Upaya menyelesaikan konflik tersebut turut mengurangi risiko dan berkontribusi pada penurunan harga minyak. Dalam berita yang beredar, serangan terhadap kapal tanker terkait Israel di lepas pantai Yaman menambah kompleksitas situasi.
“Pihak berwenang menyalahkan pemberontak Houthi yang didukung Iran atas serangan tersebut, memperumit hubungan proses perdamaian,” jelas Tim Research and Development ICDX.
Meskipun ketegangan geopolitik di Timur Tengah mereda setelah agresi di Gaza, Tim Research and Development ICDX memaparkan, pertukaran sandera, dan tahanan.EIA memperkirakan sedikit surplus di pasar minyak global pada tahun 2024, bahkan jika OPEC+ memperpanjang pengurangan produksi hingga tahun depan.
Uni Emirat Arab siap meningkatkan ekspor minyak mentah awal tahun depan, mencerminkan kesiapan untuk beradaptasi dengan keputusan OPEC+ dan meningkatkan pasokan ke pasar internasional.
Harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 76,51 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 72,56 per barel,” tutup Tim Research and Development ICDX (hfan/dvd)