HFANEWS.COM – Laporan tahunan yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company mencerminkan hantaman keras yang dirasakan oleh pelaku industri teknologi di Indonesia.
Mengutip DataIndonesia.id, nilai penjualan bruto atau gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di Asia Tenggara tercatat sebesar US$194 miliar pada 2022.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan 20% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang senilai US$161 miliar.
Indonesia tercatat menjadi negara dengan ekonomi digital paling besar di Asia Tenggara, yang mencapai US$77 miliar.
Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada 2022 yang mencapai 22% atau lebih tinggi dibandingkan rata-ratanya di Asia Tenggara.
Baca Juga: Pemerintah Terus Realisasikan PSN, Menko Airlangga: Mendorong Pembangunan Kawasan Industri
Pemerintah melalui Kementerian Koorsdiator Bidang Perekonomian melaporkan nilai ekonomi digital Indonesia pada 2023 hampir menembus angka US$80 miliar atau setara dengan Rp1.232 triliun (kurs Rp15.400 per dolar AS).
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal tersebut pada pidato pembuka dalam Indonesia Economic Outlook Seminar 2024 x Permata Bank, Selasa (21/11/2023).
“Nilai ekonomi Indonesia di Asean untuk digital di tahun ini mendekati US$80 miliar,” ujarnya. Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah terus mengakselerasi pembangunan infrastruktur digital, mengingat terdapat lebih dari 2.500 start up di Tanah Air.
Lebih lanjut, Airlangga menyampaikan bahwa sepanjang masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah telah membangun 12.000 kilometer jaringan tambahan BTS di 8.100 titik.
Satelit multifungsi Satria pun juga telah diluncurkan untuk melayani akses internet di daerah 3T, yakni Tertinggal, Terdepan, dan Terluar.
Untuk itu, Airlangga memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun-tahun mendatang terus meningkat dan pada 2030 dapat mencapai US$1 triliun.
“Diperkirakan [nilai ekonomi digital Indonesia] meningkat US$1 triliun pada 2030,” tambahnya. (HFAN/Arum)