KABARSOLUSI.COM – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) melonjak pada Senin (11/3/2024). Di tengah berkurangnya stok CPO di Malaysia yang menyebabkan ketatnya pasokan.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Senin (11/3/2024), kontrak berjangka CPO untuk Maret 2024 menguat 27 Ringgit Malaysia menjadi 4.208 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO April 2024 naik 27 Ringgit Malaysia menjadi 4.206 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO Mei 2024 terkerek 37 Ringgit Malaysia menjadi 4.131 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Juni 2024 naik 47 Ringgit Malaysia menjadi 4.029 Ringgit Malaysia per ton.
BACA JUGA : Risiko Geopolitik di Timur Tengah dan Rusia Membatasi Penurunan Harga Minyak
Sedangkan kontrak berjangka CPO Juli 2024 melonjak 51 Ringgit Malaysia menjadi 3.921 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Agustus 2024 melesat 49 Ringgit Malaysia menjadi 3.847 Ringgit Malaysia per ton.
Trader minyak sawit David Ng mengatakan, stok CPO di Malaysia mencapai titik terendah dalam tujuh bulan sejak Juli 2023 menjadi 1,92 juta ton dari 2,02 juta ton pada Januari 2024. Penguatan harga CPO juga ditopang oleh penguatan harga minyak kedelai.
“Kami melihat support pada 4.000 Ringgit Malaysia per ton dan resistance di 4.250 Ringgit Malaysia per ton,” katanya dikutip dari Bernama. Menurut Malaysian Palm Oil Board (MPOB), persediaan CPO turun 2,85% menjadi 1,03 juta ton di Februari dibandingkan 1,06 juta ton yang tercatat pada Januari. Ekspor minyak sawit turun sebesar 24,75% menjadi 1,02 juta ton pada Februari dari 1,35 juta ton pada Januari.
Namun ekspor oleokimia meningkat sebesar 0,77% menjadi 255.163 ton pada Februari dari 253.204 ton sebelumnya. Analis lain mengatakan pasar kini fokus pada angka ekspor dan produksi Maret, serta kembalinya permintaan menjelang Ramadan.
CGS International Futures Malaysia Sdn Bhd mengatakan dalam sebuah catatan bahwa CPO didukung oleh sentimen positif mengenai ketatnya pasokan selama konferensi industri di Kuala Lumpur minggu lalu, dimana pasar bullish di tengah kekhawatiran mengenai stagnasi produksi di Asia Tenggara. (ks/dvd)