KABARSOLUSI.COM – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkap bahwa adanya imbas perubahan inovasi bisnis mengakibatkan
potensi pemberian insentif fiskal yang mendorong industrialisasi pada sektor-sektor tengah mengalami ketertinggalan.
Sejalan dengan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, beberapa sektor yang tertinggal tersebut yaitu industri tekstil, alas kaki, dan karet. Adapun, penyebabnya yaitu shifting atau peralihan teknologi dan automasi.
“Ini perlu untuk ada semacam afirmasi agar mereka memiliki adjustment yang relatif smooth untuk itu kita akan gunakan insentif fiskal maupun fiscal tools,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2025, Jumat (16/8/2024).
Baca Juga: Sri Mulyani: Realiisasi Belanja Negara Capai 49,4% dari Pagu dan Tumbuh 12,2% YoY
Beberapa opsi insentif yang dipertimbangkan yaitu melalui anggaran belanja pemerinah, membuka kawasan industri, subsidi, ataupun insentif perpajakan berupa tax allowance dan tax holiday.
“Ini agar kita bisa terus menjaga momentum industrialisasi yang berbasis pada nilai tambah tinggi,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menyebut hilirisasi dan revitalisasi industri pengolahan nasional telah memberikan daya tahan pada saat ekonomi dunia bergoncang.
Dalam hal ini, tiga sektor utama manufaktur yang memiliki potensi paling besar kepada perekonomian nasional yaitu industri makanan dan minuman, logam dasar dalam hal hilirisasi pertambangan, serta industri kimia dan farmasi.
“Tiga ini selalu identik nanti dengan manufacturing base ekonomi kita,” jelasnya.
Sri Mulyani juga menyoroti penciptaan nilai tambah dari setiap sektor, seperti manufaktur, pertanian dan jasa. Dia menegaskan bahwa komposisi dari tiga sektor tersebut harus terus ditingkatkan.
“Salah satu yang bisa meningkatkan value added dan productivity adalah kualitas dari tenaga kerja,” jelasnya. (KS/Arum)