HFANEWS.COM – Kenaikan non-farm payrolls menjadi 199.000, dari 150.000 pada bulan sebelumnya dan penurunan tingkat pengangguran menjadi 3,7%, dari 3,9% pada Oktober 2023 memicu pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menguat di luar dugaan pada bulan November 2023.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, perbaikan pasar tenaga kerja AS memicu aksi jual di pasar obligasi global. Hal ini terlihat dari kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun sebesar 8 bps menjadi 4,23% dan yield Bund yang naik 9 bps menjadi 2,28%.
“Kami memperkirakan yield obligasi pemerintah (INDOGB) tenor 10 tahun akan melemah menuju rentang 6,65%-6,75% yang diikuti dengan kenaikan yield INDOGB tenor 2 tahun dan 5 tahun ke rentang masing-masing 6,65%-6,75% dan 6,55%-6,65%,” tutur Lionel.
Hasil ini meningkatkan peluang perekonomian AS untuk mencatatkan soft landing pada semester 1 2024. Sementara itu, ekspektasi pasar terhadap kemungkinan dovish pivot Federal Reserve (The Fed) di kuartal I-2024 memudar dan bergeser menjadi kuartal II-2024, tepatnya di bulan Mei.
Baca Juga: Kunjungi Pasar Rumput, Gibran Kaget, Harga Cabai Tembus Rp120.000 per Kilogram
Sejalan dengan itu, terjadi penurunan indeks obligasi S&P untuk developed market dan EMBI untuk emerging market masing-masing 0,4% dan 0,3%. Sementara itu, indeks dolar menguat 0,5% menjadi 104.
Menurut Lionel, kondisi ini akan mendorong terjadinya aksi jual serupa, terutama atas instrumen INDON yang selisihnya dengan US Treasury 10 tahun menipis 9 bps menjadi 97,8 bps.
Rupiah juga berpotensi mengalami depresiasi menuju rentang Rp 15.550-Rp 15.650 per dolar AS. Ekspektasi pasar atas dovish pivot The Fed akan kembali diuji besok melalui rilis inflasi CPI AS dengan ekspektasi headline turun tipis menjadi 3,1% yoy dari 3,2% yoy pada Oktober 2023 dan inflasi inti bertahan di 4% yoy. (HFAN/Arum)