HFANEWS.COM – Amerika Serikat (AS) mengumumkan strategi baru untuk mengembangkan teknologi dalam negeri dengan lebih masif dan terstruktur.
Ia menunjuk puluhan pusat teknologi dalam negeri yang fokus pada Artificial Intelligence (AI).
AI memang jadi pusat perhatian banyak pihak saat ini. Termasuk China dan AS yang kerap berlomba untuk bisa mendominasi teknologi terbaru.
Terdapat 31 pusat teknologi yang mendapatkan hibah masing-masing US$40 hingga US$75 juta (Rp 635 miliar-Rp1,1 triliun). Lokasinya tersebar di 32 negara bagian
Baca:
Lepas dari Google Produsen Smartphone Asal Cina ingin Belajar Mandiri
Selain AI, pusat teknologi tersebut juga berfokus pada sejumlah bidang termasuk komputasi kuantum, energi bersih, kedokteran, dan bioteknologi.
“Dukungan kuat pada rencana suatu kawasan teknologi yang penting dan menjadi pemimpin global dekade berikutnya,” kata Administrasi Pembangunan Ekonomi AS.
Langkah terbaru ini disahkan berdasarkan aturan CHIPS dan Sains AS. Aturan yang disahkan Agustus 2022 bertujuan meningkatkan manufaktur semikonduktor dan rantai pasok dalam negeri, serta memberikan dana investasi kepada pusat teknologi sebesar US$10 miliar (Rp 158 triliun).
Gedung Putih menyatakan pusat teknologi akan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Termasuk juga membantu meningkatkan daya saing Amerika.
“Tech Hubs berfokus pada investasi dalam teknologi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi, keamanan nasional, dan penciptaan lapangan pekerjaan, serta akan membantu masyarakat di seluruh negeri menjadi pusat inovasi yang penting untuk daya saing Amerika,” jelas Gedung Putih.
Seluruh pusat yang diumumkan itu, Gedung Putih menyebutkan mewakili keberagaman Amerika. Pihak pemerintah mencatat telah terlalu lama pertumbuhan dan peluang ekonomi berpusat di sejumlah kota pesisir pantai.
Baca:
As Blokir China, China Tak Butuh Amerika
Pakar keamanan siber AS mendesak panel Kongres untuk bertindak cepat mengimbangi ancaman yang ditimbulkan oleh AI buatan China.
Dikhawatirkan, sektor militer, komunitas bisnis, dan teknologi AS akan tertinggal jauh dari upaya China mendominasi perekonomian dunia.
Anggota parlemen juga membahas perlunya lebih banyak pendanaan karena pengeluaran China hampir melebihi AS dalam hal tenaga kerja, peralatan, dan program pengembangan AI. Pemerintah AS berencana mengeluarkan US$5,5 miliar untuk AI tahun depan, sementara China telah menghabiskan US$14,75 miliar.
“Kongres harus berperan untuk menetapkan struktur tata kelola yang tepat,” kata John Brennan, manajer umum perusahaan manajemen data Scale AI.
Beberapa rancangan undang-undang sedang menunggu keputusan di Kongres yang berupaya menyeimbangkan keamanan siber dengan risiko campur tangan pemerintah yang menghambat perkembangan teknologi. Mereka fokus pada perlindungan data yang dapat dicuri dan digunakan oleh musuh dalam model AI. (HFAN/DVD)