HFANEWS.COM – Harga minyak dibuka kembali melemah pada awal perdagangan, setelah kenaikan 2% pada perdagangan sebelumnya karena konflik Timur Tengah dan pemadaman listrik di Libya.
Pada pembukaan perdagangan harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,10% di posisi US$72,17 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,14% di posisi US$77,59.
Harga minyak naik sekitar 2% pada perdagangan minggu ini karena krisis Timur Tengah dan terhentinya pasokan di Libya mengurangi kerugian besar pada hari sebelumnya.
BACA JUGA : Harga Stagnan, Harga Emas Antam Berukuran Terkecil 0,5 Gram Dibanderol Rp610.000
Harga minyak mendapat dukungan dari penutupan ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari (bph) di Libya, salah satu ladang minyak terbesar di Libya, yang sering menjadi sasaran protes politik lokal dan lebih luas, serta ketegangan di Timur Tengah.
Militer Israel mengatakan perjuangannya melawan Hamas akan terus berlanjut sampai 2024, sehingga memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meningkat menjadi krisis regional yang mengganggu pasokan minyak.
Sementara itu, beberapa perusahaan pelayaran besar masih menghindari Laut Merah menyusul serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang bersekutu dengan Iran sebagai tanggapan atas perang Israel melawan Hamas.
“Alternatif yang lebih menarik bagi (tanker minyak) saat ini adalah pergi ke Amerika Serikat, di mana harga minyak mentah lebih murah dibandingkan Brent,” ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, dilansir dari Reuters.
Brent dan WTI membukukan penurunan masing-masing 3% dan 4% pada hari Senin setelah penurunan tajam harga jual resmi (OSP) Arab Saudi, yang memicu kekhawatiran pasokan dan permintaan.
Minyak berjangka juga mendapat dukungan pada hari Selasa setelah Arab Saudi menekankan keinginannya untuk mendukung upaya menstabilkan pasar minyak dan menyusul laporan bahwa Rusia membatasi tingkat produksi minyak mentahnya pada bulan Desember, menurut analis Price Futures Group Phil Flynn.
Rusia adalah bagian dari kelompok produsen minyak OPEC+ yang telah setuju untuk memangkas produksi sekitar 2,2 juta barel per hari. (hf/dvd)